Ondel-ondel dalam pembukaan Hotel des Indes tahun 1923
|
Nyok kita nonton ondel-ondel Nyok!!
Nyok kita ngarak ondel-ondel nyok!
Ondel-ondel ada anaknya nye
Anaknya ngider-der ideran
Nyok kita ngarak ondel-ondel nyok!
Ondel-ondel ada anaknya nye
Anaknya ngider-der ideran
Anda tau dengan yang namanya ondel-ondel, pasti kita semua mengetahui....baik dari anak-anak sampai yang dewasa. Sedikit ulasan mengenai ondel-ondel serta riwayatnya kini.
Ondel-Ondel merupakan pertunjukan rakyat/khas masyarakat Betawi yang sering tampil dalam berbagai perayaan seperti pesta panen, penyambutan tamu, serta berbagai perayaan resmi lainnya atau arak-arakan menjadi penghias wajah ibu kota Jakarta.
Ondel-ondel merupakan manekin raksasa yang tingginya bisa mencapai sekitar 2,5 meter dengan lebarnya sekitar 3 kaki, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Sebagai pengendali ondel-ondel adalah seorang pria yang berjalan dan menari bersama musik khas Betawi.

Sementara itu, ondel-ondel perempuan wajahnya dicat putih atau kuning, diberi rias gincu, bulu mata lentik, dan alis lancip. Kadang-kadang dibuatkan tai lalat, untuk perempuan dipilihkan warna cerah motif polos atau kembang-kembang dengan jenisnya baju kurung. Kadang juga tampil ondel-ondel anak-anak.
Biasanya ondel-ondel akan di iringan musik khas Betawi yaitu musik tehyan. Jenis musik tradisional ini mendapatkan pengaruh dari China. Kadang-kadang, sekelompok orang bermain tanjidor, yaitu alat musik yang berasal dari istilah Portugis untuk sekelompok orang yang bermain musik, tangedores. Ada juga ondel-ondel yang menggunakan musik gendang pencak Betawi, musik ningnong, gambang kromong, dan rebana ketimprung.
Musik khas Betawi akan menyertai ondel-ondel ketika mereka tampil dalam sebuah parade. Setiap kelompok dari berbagai kampung di Betawi akan memainkan jenis musik yang berbeda, tergantung pengaruh yang diresapinya. Oleh karena itu, ondel-ondel bisa sangat beragam jenisnya. Beberapa hadir dengan tehyan, beberapa dengan gambang kromong, sementara yang lainnya tampil dengan warna tanjidor.
Pada awalnya ondel-ondel Betawi dibuat dengan tujuan untuk mengusir roh jahat dan penyakit. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel pun awalnya kental dengan sisi magis dimana penari ondel-ondel harus memberikan sesajen berupa rokok, kopi, air kelapa, atau pun telur ayam kampung sebagai sesaji kepada leluhur sebelum memulai arak-arakan. Cara memberi minuman sesajen kepada ondel-ondel adalah dengan menaruhkannya dalam kerangka tubuh ondel-ondel. Apabila sesajen ini tidak dipenuhi maka ondel-ondel pun diyakini tidak akan maksimal beraksi.
Mungkin nilai sakral tersebut mulai memudar, seiring dengan perkembangan zaman, maka peran ondel-ondel pun telah bergeser, kini hanya sebagai sarana hiburan, berkesenian, cinderamata bahkan ada yang ngamen dengan menggunakan ondel-ondel, bahkan sebagai penghias di pintu masuk salah satu Rumah Makan Khas Betawi di Singapura, biarlah Ondel-ondel menjadi pajangan dipintu masuk restoran. Mungkin menjadi salah satu kiat promosi sehingga lestari.
Kami tetap bangga dan cinta ondel-ondel