Kamis, 23 Agustus 2012

Perlukah mencontoh Astana

Ada pernah mendengar kata ASTANA...ehm pasti yang terlintas di benak anda adalah Astana Giribangun yaitu tempat/kompleks makam keluarga mantan Presiden Soeharto. Makam yang terletak di Desa Giri Layu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, yang berada dibawah makam raja-raja mangkunegara (Astana Mandadeg) di bukit Ngaglik.

Bukan itu, Astana yang ini adalah  ibukota baru Republik Kazakhstan, Ketika Uni Soviet pecah, Kazakhstan pun menjadi negara paling akhir menyatakan kemerdekaannya di tahun 1991. Pada saat merdeka di tahun 1991, Kazakhstan segera menghapus senjata nuklir, bekerjasama baik dengan Rusia dalam masa transisi, termasuk dalam memperlakukan etnis Rusia yang cukup signifikan di sana.

Negeri ini pada awalnya banyak menerima bantuan dari negeri-negeri Arab yang bersimpati terhadap negeri-negeri atheis di Asia dan Eropa yang ingin kembali ke akarnya: Islam.
Selama berada di bawah Uni Soviet itu pula Kazakhstan membangun sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, industri dan sumber-daya manusianya. Faktor ini pula yang menjadi dasar bagi Kazakhstan untuk bersikap optimis dengan masa depannya.

Salah satu proyek terpenting bagi Presiden Nazarbayev adalah memindahkan ibukota dari Almaty, kota tua yang kini sesak, ke daerah padang gersang di Astana di akhir 1997.  Berhasil dan memang indah!  Jalan-jalan besar menjamin Anda tidak terjebak kemacetan!

Sejak 1995  tidak lagi melihat kegersangan di ibukota yang lebih mirip menggambarkan masa depan: futuristik. Tidak tanggung-tanggung, pendesain dan arsitek unggulan dunia diundang untuk membangun kota ini. Menara Bayterek menjadi landmark utama Astana dan menjadi symbol Kazakhstan di luar negeri.

Kota ini telah siap dengan berbagai infrastruktur pendukungnya. Jangan dulu bandingkan kehidupan kultural dan sosial seperti kota-kota ideal di belahan bumi lainnya. Tetapi, orang-orang Kazakh telah memulai dengan benar. Semua sarana ekonomi, sosial dan kebudayaan dan seluruh perangkat kota dengan status ibukota negeri telah hadir. Dan mereka terus membangun kota ini, dengan sejumlah bangunan berskala besar.


Menara Bayterek

Mesjid Nur-Astana



Ak Orda Presidential Palace

Presidential Center of Culture

  
Beberapa gedung Gedung Palace of Peace and Reconciliation yang berbentuk pyramid, Gedung Concert Hall, Mesjid Nur-Astana bermenara-4 yang dibangun tahun 2005 oleh Emir Qatar berfungsi menjadi Islamic Center. Beberapa bangunan monumental yang patut dilihat adalah Ak Orda Presidential Palace , Khan Shatyry Entertainment Center Ada juga waterfront di tepi sungai Ishim, katedral, pasar, dan oceanarium. Museum utama terdapat di Presidential Center of Culture, Kabanbay Batyr Mausoleum, Ethnic Memorial Complex, S. Seifullin, dan Museum Nazarbayev sendiri.

Jadi 11 - 12 lah dengan Indonesia yang berencana memindahkan ibukota negara  Jakarta ke daerah lain yang dianggap cocok, walau dengan biaya yang tidak sedikit.
Jadi bisakah Indonesia memiliki ibukota yang ideal seperti Astana?

Gedung Palace of Peace and Reconciliation






Kabanbay Batyr Mausoleum


Khan Shatyry Entertainment Center


Tidak ada komentar:

Posting Komentar